Langsung ke konten utama

filsafat komunikasi



BAB II
PEMBAHASAN
5.1               Sejarah filsasat dan ilmu komunikasi

A.    Sejarah filsafat
Filsafat , berasal dari kata yunani ‘’Philos dan Shopia’’. Philos artinya, senang, cinta, gemar dan Shopia artinya hikmat atau kebenaran, kebijaksanaan. Philoshopia artinya cinta atau gemar, senang pada kebenaran, atau hikmat serta kebijaksanaan
 Filsafat adalah” induk pengetahuan’’, Istilah filsafat telah dikenal manusia sejak 2.000 tahun yang lalu, pada masa yunani kuno. Di Meletos, Asia Kecil, tempat perantauan orang yunani,di sanalah awal mulanya muncul filsafat. Mula-mula jejak awal filsafat ini, ditandai oleh munculnya tokoh-tokoh pemikir besar pada zaman itu sepaerti Thales, Anaximandros dan Anaximenes. Thales lah orang pertama yang mempersoalkan; substansi terdalam dari segala sesuatu.’’ Dan dari situlah munculnya pengartian-pengertian kebenaran yang hakiki.
Mengenai filsafat, banyak Ilmuan-ilmuan dari Timur Tengah (khususnya orang-orang islam) menaruh perhatiannya pada filsafat. Mulai dari Masyriqi sampai kawasan Maghribi, diantaranya: Al-Kindi, Al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Bajah, Ibn Thufail dan Ibn Rusyd. Mengenai pengertian filsafat Al-farabi mengatakan: “Nama filsafat berasal dari bahasa Yunani, masuk kedalam bahasa Arab. Orang-orang Yunani menguapkannya filasufia yang berari mengutamakan hikmah. Kata tersebut alam bahasa mereka berasal dari dua kata: fila dan sufia. Fila berarti mengutamakan dan sufia berarti hikmah, kata filosof diambil dari kata asal filsafat dalam bahasa Yunani disebut filosofus. Perubahan suara pengucapan dari akar kata seperti itu sering terjadi dalam bahasa Yunani. Kata filosofus bermakna orang yang mengutamakan hikmah.

Ini artinya bahwa semua ilmu bertujuan untuk mencari kebenaran agar  manusia dapat bertindak secara bijaksana. Bijaksana atau arif merupakan panduan pengalaman dan pengetahuan plus kekuatan untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan. Penerapannya berupa sikap adil, propesional, lapang dada, tetapi juga tegas dalam membela prinsip yang telah di sepakati. Karna itu di perguruan tinggi negara-negara barat, posisi akademik tertinggi di sebut Ph.d (doctor of  philosophy) apapun di siplin ilmunya. Dengan memberikan bobot philosophy kepada gelar tertinggi yang telah di raih oleh seseorang diharapkan pemegangnya mampu mengembangkan kearifan dalam mengatur dunia ini karna seorang filosof pencinta wisdom. Gagasan awal itu sangat  ideal, sekalipun dalam perkembangannya akhir-akhir ini dunia semakin sekuler. Pemegang Ph.d boleh jadi hanyalah seorang tukang tin gkat tinggi minus kearifan. Hal ini tarjadi sebagai akibat dari proses spesialisasi yang melupakan induk
ilmu itu sendiri. Ilmuan yang hanya terpukau dan terpakau oleh kajian khususnya  tanpa menghubungkannya dengan panaroma kehidupan yang luas terbentang, sama artinya dengan orang yang sengaja  mengurung diri dalam sebuah sangkar kecil, mungkin cantik, tetapi apalah maknanya bagi kepentingan kehidupan yang luas tak bertepi ini.
Filsafat sebagai induk dari semua ilmu  harus menjadi titik kembali bagi semua di siplin ilmu agar tidak ingin kehilangan misi ilmu yang sebenarnya, mencari kebenaran dan dengannya manusia menjadi arif. Mengingat filsafat merumuskan kebenaran didasarkan pada hasil perenungan mendalam manusia secara logis maka kebenaranya bersifat utopia (idealitas), sehingga belum tentu dapat di temui dalam kehidupan nyata . agar dapat di ketahui  sejauh manakah realita itu mendekatkan realitas. Upaya penerapan idealitas harus selalu mempertimbangkan realita yang ada. Kita harus mengetahui kebaikan-kebaikan dan juga kelemahan-kelemahan dari realita yang sedang kita hadapi; lalu kita merumuskan langkah-langkah yang di perlukan bagi upaya perbaikan tersebut dengan mengingat pada sumber daya yang di miliki dan tantangan-tantangan yang di hadapi. Tantangan-tantangan itu harus di perhitungkan secara masak-masak agar usaha menegakkan kebenaran itu tidak menimbulkan gejolak yang tidak terkendali dengan dampak pecahnya kekerasan yang bertolak belakang dengan misi kebenaran: damai, sejahtera, adil, dan bebas.

Tujuan filsafat sejarah
 Filsafat sejarah bertujuan sebagai berikut:
1.        Untuk mnyelidiki sebab-sebab terakhir peristiwa sejarah agar dapat di ungkapkan hakikat dan makna  yang terdalam tentang peristiwa sejarah.
2.        Memberikan pertanyaan atas jawaban “kemanakah arah sejarah’’ serta menyelidiki semua sebab timbulnya semuaa perkembangan segala sesuatu yang ada.
3.        Melali studi mendalam tentang filsafat sejarah, dapat  membentuk seseorang memiliki vision atau wawasan dan pandangan yang luas.
4.        Studi filsafat sjarah dapat menjadikanseseorang berfikir analitis-kronologis serta arif-bijaksana atau wisdom.
5.        Filsafat sejarah bertujuan membentuk dan menyusun isi, hakikat serta memberi makna dari pada sejarah menyusun suatu pandangan dunia untuk filsafat sejarah serta pandangan berwawasan nasional untuk Filsafat Sejarah Nasional Indonesia.

Selain penjelasan diatas tentang tujuan filsafat sejarah, pemakalah juga mengajak teman-teman pembaca untuk lebih kritis dalam menilai dan menimbang setiap sejarah dari abad-abad sebelumnya, mampu merinci setiap kejadian dalam sejarah itu sendiri. Saya  berpendapat bahwa memahami filsafat sejarah agar lebih bisa membedakan apa yang disebut sejarah subjektif dan mana yang objektif, tanpa membedakan kedudukan subjek dalam masyarakat
Filsafat juga mekankan tiga unsur kegunaan dalam sejarah, yaitu: pertama:kegunaan edukatif ialah menuntut setiap orang menjadi lebih arif dan bijaksana dalam hidup. Kedua:kegunaan Inspiratif ialah dorongan inspirasi yang didalamnya sarat dengan nilai berupa ide, konsep, semangat, motivasi perjuangan, dan untuk menghindari dari apa yang menjadi faktor kehancuran peradaban sebagaimana banyak dipertontonkan oleh sejarah masa silam. Ketiga: kegunaan Instruktif ialahsejarah dapat digunakan sebagai bahan pengajaran sehinggaterkait erat dengan pendidikan formal. Terutama sekali dalam menunjang pengembangan bidang-bidang lain khususnya berkaitan dengan keterampilan dan kejuruan.

Filsafat Sejarah pada Zaman Pertengahan
   Perkembangan filsafat sejarah pada zaman pertengahan pada pokoknya menunjukkan sifat-sifat yang religius. Segala kejadian di terangkan dalam cahaya kekal, segala-galanya kepada tuhan sebagai pencipta, penyelamatf dan hakim  seluruh umat manusia. Isi dan seluruh hidup ialah kerajaan tuhan. Dari pandangan itu terjadi bahwa kajian sejarah di zaman pertengahan bukan sebab-bebab dan alasan-alasan terhadap kajian sejarah, melainkan tentang tujuan (arahteleologis). Pada umumnya perkembangan filsafat sejarah, seperti pandangan St. Agustinus seakan-akan mewakili pandangan yang tetap dan utama untuk selruh zaman pertengahan tersebut. Juga percobaan dari Otto Van Freishing atas pandangan tersebut itu. Otto Van Freishing mengalami perselisihan antara grreja dengan negara mencoba menyusun suatu sejarah berkat pikiran-pikiran filsuf. Dalam segala hal yang sudah di tulisnya ia berusaha memberikan yang benar. Otto sudah mengerti ada hukum atau aliran yang gtertentu di dalam sejarah bergerak tak berhentinya dan gerakan dari perjuangan dan kemenangan. Akan tetapi kejadian yang kurang baik (Kummervollen Greschehniscen) di pandangnya sebagai metode pendidikan dari tuhan yang mau berkata pada manusia bahwa tidak ada yang tertentu dan pasti di dunia ini. Dan akhirnya menurut pendapatnya segala pengetahuan ilmu pengetahuan bergerak dari timur ke barat.

    Filsafat Sejarah pada Zaman Renaissance
   Memasuki masa Rennaisance, otoritas Aritoteles tersisihkan oleh metode dan pandangan baru terhadap alam yang biasa disebut Copernican Revolution yang dipelopori oleh sekelompok sanitis antara lain Copernicus (1473-1543), Galileo Galilei (1564-1542) dan Issac Newton (1642-1727) yang mengadakan pengamatan ilmiah serta metode-metode eksperimen atas dasar yang kukuh.
  Selanjutnya pada Abad 17, pembicaraan tentang filsafat ilmu, yang ditandi dengan munculnya Roger Bacon (1561-1626).Bacon lahir di ambang masuknya zaman modern yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan.
   Bacon menanggapi Aristoteles bahwa ilmu sempurna tidak boleh mencari untung namun harus bersifat kontemplatif.Menurutnya Ilmu harus mencari untung artinya dipakai untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi, dan bahwa dalam rangka itulah ilmu-ilmu berkembang dan menjadi nyata dalam kehidupan manusia.Pengetahuan manusia hanya berarti jika nampak dalam kekuasaan mansia; human knowledge adalah human power.
    Perkembangan ilmu pengetahuan modern yang berdasar pada metode eksperimental dana matematis memasuki abad 16 mengakibatkan pandangan Aritotelian yang menguasai seluruh abad pertengahan akhirnya ditinggalkan secara defenitif. Roger Bacon adalah peletak dasar filosofis untuk perkembangan ilmu pengetahuan.Bacon mengarang Novum Organon dengan maksud menggantikan teori Aristoteles tentang ilmu pengetahuan dengan teori baru.Karyanya tersebut sangat mempengaruhi filsafat di Inggris pada masa sesudahnya.Novum Organon atau New Instrumen berisi suatu pengukuihan penerimaan teori empiris tentang penyelidikan dan tidak perlu bertumpu sepenuhnya kepada logika deduktifnya Aritoteles sebab dia pandang absurd.
   Hart mengaggap Bacon sebagai filosof pertama yang bahwa ilmu pengetahuan dan filsafat dapat mengubah dunia dan dengan sangat efektif menganjurkan penyelidikan ilmiah.Beliaulah peletak dasar-dasar metode induksi modern dan menjadi pelopor usaha untuk mensistimatisir secara logis prosedur ilmiah.Seluruh asas filsafatnya bersifat praktis yaitu menjadikan untuk manusia menguasai kekuasaan alam melalui penemauan ilmiah Menurut Bacon, jiwa manusia yang berakal mempunyai kemamapuan triganda, yaitu ingatan (memoria), daya khayal (imaginatio) dan akal (ratio).Ketiga aspek tersebut merupakan dasar segala pengetahuan. Ingatan menyangkut apa yang sudah diperiksa dan diselidiki (historia), daya khayal menyangkut keindahan dan akal menyangkut filsafat (philosophia) sebagai hasil kerja akal.

B.     Sejarah ilmu komunikasi
   Kronologi perkembangan ilmu komunikasi dimulai saat Johann Guternberg menciptakan mesin cetak pada tahun 1455 , kemudian terus berkembang dengan diciptakannya koran , telepon , telegram, dan alat penunjang proses komunikasi lainnya . Bahkan teknmologi tercanggih saat ini adalah berupa internet dimana kita bisa mengakses berbagai informasi yang jangkauannya bahkan dapat sampai seluruh dunia.
   Sebuah ilmu komunikasi dikatakan berkembang adalah ketika ilmu tersebut mulai dirasakan masyarakat demi kepentingan publik.

Dalam ilmu komunikasi terdapat dua aliran :
-     Aliran krisis
Aliran krisis merupakan aliran yang lebih mengedepankan unsur-unsur filosofis dan teori-teori komunikasi.
-     Aliran empiris
Aliran ini lebih berfokus pada pandangan mikro tentang media, atas pemikiran bahwa media massa dapat membenahi persoalan-persoalan sosial untuk suatu perubahan sosial.

Pemahaman yang perlu di dalam melihat perkembangan ilmu komunikasi :
-    pertumbuhan ilmu komunikasi sama sekali tidak bisa lepas dari pengaruh pemikiran tokoh-tokoh di luar ilmu komunikasi.
-    pengaruh pemikiran yang merambah ke ilmu-ilmu sosial dan politik kemudian menjangkau ke ilmu komunikasi menjadikan ilmu komunikasi mau tidak mau harus bersifat multi disipline.

Sebuah teori komunikasi harus memiliki empat elemen dasar :

1.      Philosophical Assumptions ( asumsi filosofis)
Asumsi filosofis diperlukan untuk mengetahui makna dari setiap kata yang dikaji dalam ilmu komunikasi.
2.      Concepts (konsep)
Konsep merupakan pengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan.
3.      Explanations (penjelasan)
Dalam mempelajari suatu ilmu pasti memerlukan penjelasan yang konkrit disertai dengan bukti-bukti yang nyata agar ilmu tersebut tidak diragukan lagi kebenarannya.
4.      Principles (prinsip)
Merupakan suatu prinsip yang dipegang oleh ilmu komunikasi itu sendiri , prinsip ini digunakan untuk  pedoman dalam mencari referensi untuk menjadikan ilmu komunikasi lebih berbobot.

    Menurut Rosengreen (1983), setidaknya ada tiga paradigma besar yang melatarbelakangi perkembangan teori dan penelitian studi komunikasi,  antara lain :
1.      Paradigma klasik—yang menyangkut positivisme dan post-positifisme
Paradigma klasik percaya bahwa realitas yang ada di lingkungan sekitar sudah diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa. Perspektif positivisme dapat diartikan sebagai penyamarataan suatu ilmu  dengan ilmu-ilmu lainnya. Sedangkan post-positifisme merupakan pemikiran yang menggugat asumsi dan kebenaran-kebenaran positivisme.
2.      Paradigma kritis
Paradigma kritis dalam menangkap suatu hal tidak hanya mau menjelaskan,melainkan juga akan mempertimbangkan, merefleksikan, menata realitas sosial dan berfikir kritis berdasarkan teori-teori yang telah ada.
3.      Paradigma konstruktifis.
Paradigma konsruktifis adalah penjelasan paling sesuai untuk menghuraikan fenomena yang diperhatikan.   
  
5.2               Devinisi filsafat komunikasi

FILSAFAT KOMUNIKASI
   Filsafat komunikasi adalah bagian filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat dan proses  ilmu komunikasi. Bidang ini mempelajari dan menelaah pemahaman  secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis, dan holistis teori dan proses komunikasi. Pada dasarnya filsafat komunikasi memberikan pengetahuan tentang kedudukan Ilmu Komunikasi dari perspektif epistemology.
Telaah   filsafat komunikasi berkaitan erat  dengan   ontology, epistemology dan aksiologi. Ontologi berarti studi tentang arti “ada” dan “berada”, tentang ciri-ciri esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri. Ontologi sendiri berarti memahami hakikat jenis ilmu pengetahuan itu sendiri yang dalam hal ini adalah Ilmu Komunikasi.
Ilmu komunikasi dipahami melalui objek materi dan objek formal. Secara ontologis Ilmu komunikasi sebagai objek materi dipahami sebagai sesuatu yang monoteistik pada tingkat yang paling abstrak atau yang paling tinggi sebagai sebuah kesatuan dan kesamaan sebagai makhluk atau benda. Sementara objek forma melihat Ilmu Komunikasi sebagai suatu sudut pandang (point of view), yang selanjutnya menentukan ruang lingkup studi itu sendiri. Contoh relevan aspek ontologis Ilmu Komunikasi adalah sejarah ilmu Komunikasi, Founding Father, Teori Komunikasi, Tradisi Ilmu Komunikasi, Komunikasi Manusia, dan lain-lain.
Epistemologis berkaitan dengan pengetahuan mengenai pengetahuan ilmu (Komunikasi) sendiri atau Theory of Knowledge. Persoalan utama epsitemologis Ilmu Komunikasi adalah mengenai persoalan apa yang dapat  diketahui dan bagaimana cara mengetahuinya, “what can we know, and how do we know it?”. Hal- hal yang terkait meliputi “belief, understanding, reason, judgement, sensation, imagination, supposing, guesting, learning, and forgetting”.
Sejak kemunculan Komunikasi sebagai ilmu terjadi  perdebatan  di bidang epistemology. Perdebatan tersebut meliputi  apakah Ilmu Komunikasi adalah sebuah ilmu atau bukan. Hal ini  sangat erat kaitannya dengan bagaimana proses penetapan suatu bidang menjadi sebuah ilmu. Dilihat sejarahnya, maka Ilmu Komunikasi dikatakan sebagai ilmu tidak terlepas dari ilmu-ilmu social yang terlebih dahulu ada. pengaruh Sosiologi dan psikologi sangat berkontribusi atas lahirnya ilmu ini. Bahkan nama-nama seperti Laswell, Schramm, Hovland, Freud, sangat besar pengaruhnya atas perkembangan keilmuan Komunikasi. Dan memang, Komunikasi ditelaah lebih dalam sebagai  sebuah ilmu baru pada abad ke-19 di daratan Amerika yang sangat erat kaitannya dengan aspek aksiologis ilmu ini sendiri.
Aksiologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan nilai-nilai seperti etika, estetika, atau agama.Dalam hubungannya dengan filsafat komunikasi, aksiologi adalah suatu kajian terhadap apa itu nilai-nilai manusiawi dan bagaimana cara melembagakannya atau mengekspresikannya . Jelaslah, pentingnya seorang komunikator untuk terlebih dahulu mempertimbangkan nilai (value judgement), apakah pesan yang akan dikomunikasikan etis atau tidak, estetis atau tidak.
Hakikat individual ilmu pengetahuan yang bersitaf etik terkait aspek kebermanfaat ilmu itu sendiri. Aspek aksiologis sangat terkait dengan tujuan pragmatic filosofis yaitu asas kebermanfaatan dengan tujuan kepentingan manusia itu sendiri. Perkembangan ilmu Komunikasi erat kaitannya dengan kebutuhan manusia akan komunikasi. Kebutuhan mempengaruhi (persuasive), retoris (public speaking), spreading of information, propaganda, adalah sebagian kecil dari manfaat Ilmu Komunikasi. Secara pragmatis, aspek aksiologis dari Ilmu Komunikasi terjawab seiring perkembangan kebutuhan manusia.
    Filsafat komunikasi memberikan petunjuk-petunjuk mengenai bagaimana pengetahuan tentang pesan-pesan antar manusia itu dapat diwujudkan sebagai pengetahuan ilmiah. Sampai di sinilah batas kewenangan filsafat komunikasi. Selanjutnya, bagaimana komunikasi itu berkembang dan perkembangannya mengarah ke mana, itu menjadi tugas ilmu pengetahuan, alias tugas ilmu komunikasi itu sendiri.
    Filsafat komunikasi sesungguhnya bukan hanya penjabaran belaka dari filsafat ilmu untuk melegitimasi eksistensi ilmu komunikasi sebagai disiplin ilmu tersendiri yang dapat dibedakan dari ilmu-ilmu lainnya. Fenomena komunikasi manusia merupakan sentra bagi ilmu-ilmu tentang prilaku manusia. Oleh karena itu, kajian filsafat tentang komunikasi manusia juga sekaligus menjadi petunjuk bagi ilmu-ilmu lain yang menelaah perilaku manusia.

Pengertian filsafat komunikasi menurut para ahli
       Menurut Prof. Onong Uchajana Effendi ( 2003: 321), filsafat komunikasi adalah suatu disiplin yang menelaah pemahaman (vestehen,Germany) secara lebih mendalam, fundamental, metologis, sitematis, analitis, kritis, dan komprehensif teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidang, sifat, tatanan, tujuan, fungsi, teknik, dan metode-metodenya.
Bidang komunikasi, meliputi komuniaksi sosial, organisasional, bosnis politik, internasional, komunikasi antar budaya, pembangunan, tradisional, dan lain-lain.
  Sifat komunikasi, meliputi komunikasi verbal dan nonverbal. Tatanan komunikasi, meliputi intrapribadi, antarpribadi, kelompok, massa, dan media.
   Tujuan komunikasi bisa terdiri dari soal mengubah sikap, opini, perilaku, masyarakat, dan lainnya. Sementara itu, fungsi komunikasi adalah menginformasikan, mendidik, dan mempengaruhi.
   Teknik komunikasi terdiri dari komunikasi informatif, persuasif, pervasif, koersif, instruktif, dan hubungan manusiawi. Metode komunikasi, meliputi jurnalistik, hubungan masyarakat, periklanan, propaganda, perang urat saraf, dan perpustakaan.
   Sehingga dengan demikian bisa dikatakan bahwa filsafat komunikasi adalah ilmu yang mengkaji setiap aspek dari komunikasi dengan menggunakan pendekatan dan metode filsafat sehingga didapatkan penjelasan yang mendasar, utuh, dan sistematis seputar komunikasi.
   Pemikiran filsafat komunikasi merupakan pemikirian yang menyatu dengan pemikiran teori komunikasi. Beberapa tokoh yang menjadi pemikir filsafat komunikasi adalah Richard L. Lanigan, Stephen Littlejohn, Whitney R. Mundt.
Pemikiran Richard L. Lanigan
   Richard L. Lanigan secara khusus membahas analisis filosofis atau proses komunikasi. Dalam ilmu komunikasi biasanya meletakan beberapa titik refleksinya pada pertanyaan-pertanyaan,yaitu :
• Apa yang aku ketahui ? ( masalah ontologi atau metafisika )
• Bagaimana aku mengetahuinya ? ( masalah epistemologi )
• Apakah aku yakin ? ( masalah aksiologi )
• Apakah aku benar ? ( masalah logika )
Ada empat elemen di bawah, yaitu:
·         Epistemologi berkaitan dengan penguasaan pengetahuan dan lebih mendasar lagi berkaitan dengan kriteria penilaian atas kebenaran.
Epistemologi pada dasarnya adalah cara bagaimana pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh yang dalam prosesnya menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah adalah tata cara dari suatu kegiatan berdasarkan perencanaan yang matangdan mapan, sistematik dan logis.

·         Aksiologi adalah cabang filsafat yang ingin merefleksikan cara bagaimana menggunakan ilmu pengetahuan diperoleh. Lanigan berpendapat bahwa aksiologi adalah studi etika dan estika.
Dalam hubungannya dengan filsafat komunikasi, Lanigan mengatakan bahwa aksiologi, kategori keempat dari filsafat, merupakan studi etika dan estetika. Ini berarti, aksiologi adalah suatu kajian terhadap apa itu nilai-nilai manusiawi dan bagaimana cara melembagakannya.

·         Logika adalah cabang filsafat yang menelaah asas dan metode penalaran secara benar dalam hal ini cara berkomunikasi secara lebih baik dan benar
Logika berkaitan dengan telaah terhadap asas-asas dan metode penalaran secara benar (deals with study of principles and methods of correct reasoning).
Bahwa logika teramat penting dalam komunikasi, jelas karena suatu pemikiran harus dikomunikasikan kepada orang lain, dan yang dikomunikasikan itu harus putusan sebagai hasil dari proses berpikir, dalam hal ini berpikir logis.

·         Ontologi, berkaitan dengan asumsi-asumsi mengenai objek atau realitas yang diteliti.
Ontologi berarti studi tentang arti “ada” dan “berada”, tentang cirri-ciri esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang paling abstrak (Suparlan: 2005). Ontolgi sendiri berarti memahami hakikat jenis ilmu pengetahuan itu sendiri yang dalam hal ini adalah Ilmu Komunikasi.

5.3               Cakupan materi filsafat komunikasi
FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI
   Filsafat adalah ibu dari segala ilmu, darinyalah seluruh pengetahuan yang disebut epistemologi dan wilayah nilai yang dinamai aksiologi. Hakikatnya, filsafat ilmu berada pada wilayah pengetahuan (epistemologi), yakni cabang yang mengkaji teori pengetahuan, karena itu disebut teori tentang teori. Saat berpikir filsafat guna mengkaji teori tentang teori, ada tiga wilayah filsafat yang digunakan untuk menganalisis. Jadi, walaupun ia epistemologi saat mengkaji filsafat ilmu komunikasi , maka masalah ontologi (wilayah ada), epistemologi (wilayah pengetahuan), dan aksiologi (wilayah nilai) kembali dipertanyakan.
   Untuk itu filsafat komunikasi dari segi ontologi mempertanyakan apakah objek kajian ilmu komunikasi?. Dari segi epistemologi , bagaimana cara mendapatkan dan membangun ilmu tersebut?. Dari segi aksiologi, bagaimana pula penggunaannya? Pengetahuan biasa, pengetahuan untuk kebutuhan sehari-hari tanpa mengetahui apa sebabnya hingga terjadi demikian dan mengapa demikian. Dasarnya adalah pengalaman. ilmu Pengetahuan adalah pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat ilmu. Apabila pengetahuan memenuhi syarat ilmu yang sistematis, objektif, metodis, dan universal maka ia layak disebut sebagai pengetahuan ilmu atau ilmu pengetahuan atau ilmu saja. Dalam ilmu pengetahuan, manusia tidak terlalu memikirkan kegunaannya, semata-mata hanya ingin tahu. Karenanya bagaimana ilmu itu digunakan (aksiologi) menjadi penting. Ontologi merupakan cabang filsafat yang mengkaji hakikat ilmu dan objeknya. Dalam konteks ilmu komunikasi, terdapat tiga paradigma dasar yang menentukan prespektif atau cara pandang terhadap komunikasi yaitu dari segi epistimologi, aksiologi dan ontologi Berdasarkan ke tiga paradigma tersebut, komunikasi didefinisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia. Artinya, objek ilmu komunikasi adalah tentang penyampaian pesan antar manusia yang disampaikan dengan usaha secara sengaja dilatari motif komunikasi, dikupas terlebih dahulu tentang hakikat manusia terutama faktok rohani yang dimilikinya. Manusia tidak bisa tidak berkomunikasi.
   Namun tidak semua tindakan manusia adalah tindakan komunikasi. Oleh karena itu tindak komunikasi dalam penyampaian pesan ditandai dengan adanya motif komunikasi. Motif komunikasi sangat menentukan apakah sesuatu layak disebut pesan atau tidak, apakah seseorang berlaku sebagai komunikator medium atau komunikan yang bergeser menjadi komunikator. Aksiologis mempertanyakan nilai bagaimana dan untuk tujuan apa ilmu komunikasi digunakan. Dalam cabang ini hubungan manusia dengan Tuhannya dan dengan sesamanya merupakan salah satu aksiologi dari ilmu ini Karenanya, terkait penilai etis atau moral. Hanya tindakan manusia yang dilakukan dengan sengaja yang dapat dikenai penilaian etis. Akar tindakan manusia adalah falsafah hidup. Sama halnya dengan ilmuwan komunikasi, falsafah hidupnya akan menentukannya dalam ;
(a). Memilih objek penelitian
(b). Cara melakukan penelitian
(c).Menggunakan produk hasil penelitiannya
   Ilmu komunikasi sebagai ilmu sosial yang berada pada rumpun empiris dapat dikembangkan berdasarkan paradigma positivist dan anti positivist. Ilmu komunikasi yang berlatar positivist cenderung objektif. Sedangkan ilmu komunikasi yang berlatar anti positivistisme bersifat intersubjektif. Berdasarkan jenis data dan pengolahannya, ilmu komunikasi memiliki dua jenis, yaitu kuantitatif yang labih berlatar positivist dan kualitatif lebih berlatar antipositivist yang intersubjektif. Ilmu komunikasi menggunakan empat strategi dalam pengumpulan data penelitian, yaitu :
1. Eksperimen, digunakan pada penelitian kuantitatif.
2. Survei, digunakan pada penelitian kuantitatif dan kualitatif.
3. Analisis teks, digunakan pada penelitian kuantitatif dan kualitatif.
4. Partisipasi-observasi, digunakan pada penelitian kualitatif.
   Paradigma dalam ilmu komunikasi sebagaimana ilmu sosial lainnya menjadi penting mengingat sifat objek yang abstrak, tiga paradigma yang ada dalam memandang ilmu komunikasi bisa sama benarnya, tapi juga bisa sama salahnya. Namun betapapun spekulatifnya, sifat tegas tetap diperlukan. Jika ada koreksi terhadap tulisan ini, sangat kami harapkan.
   Filsafat komunikasi memberikan petunjuk-petunjuk mengenai bagaimana pengetahuan tentang pesan-pesan antar manusia itu dapat diwujudkan sebagai pengetahuan ilmiah. Sampai di sinilah batas kewenangan filsafat komunikasi. Selanjutnya, bagaimana komunikasi itu berkembang dan perkembangannya mengarah ke mana, itu menjadi tugas ilmu pengetahuan, alias tugas ilmu komunikasi itu sendiri.
  Filsafat komunikasi sesungguhnya bukan hanya penjabaran belaka dari filsafat ilmu untuk melegitimasi eksistensi ilmu komunikasi sebagai disiplin ilmu tersendiri yang dapat dibedakan dari ilmu-ilmu lainnya. Fenomena komunikasi manusia merupakan sentra bagi ilmu-ilmu tentang prilaku manusia. Oleh karena itu, kajian filsafat tentang komunikasi manusia juga sekaligus menjadi petunjuk bagi ilmu-ilmu lain yang menelaah perilaku manusia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Media Humas Internal dan eksternal

MEDIA HUMAS INTERNAL    Media internal adalah suatu sarana penyampaian dan penerimaan informasi di kalangan publik internal perusahaan, dan biasanya bersifat non komersial. Penerima maupun pengirim informasi adalah orang dalam atau orang dalam atau public internal, terdiri atas pimpinan, angota, pegawai, maupun unit-unit kerja yang ada di dalam perusahaan tersebut. Media Humas Internal yaitu : 1.      Jurnal Internal   Yang diterbitkan oleh suatu lembaga, biasanya memuat informasi mengenai segala sesuatu yang terjadi di dalam lembaga dan khusus diperuntukkan anggota lembaga tersebut. 2.      Papan pengumuman     Papan pengumuman dapat memudahkan pengawai yang sama dalam waktu yang bersamaan. 3.      Kaset Video   Media ini menghadirkan komunikasi tatap muka secara artificial (seolah-olah yang ditonton dapat saling berkomunikasi secara langsung) yang berpotelsi besar untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih baik antara pihak manajemen terhadap pengawai. 4.      Stasi

PERBEDAAN HUMAN RELATION DAN PUBLIK RELATION

Jadilah pohon yang lebat buahnya, saat dilempar dengan batu engkau balas dengan buah.. selamat membaca, semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan anda :) :)  PERBEDAAN HUMAN RELATION DAN PUBLIK RELATION 11.       Pengertian Human Relation Human Relation adalah: “segenap aktivitas penyatu paduan manusia dan   pekerjaan dalam suatu organisasi yang memungkinkan perkembangan diri manusia sepenuhnya sehingga antara manusia dan kerja itu terdapat hubungan timbal-balik yang bermanfaat”.(Ensiklopedi Administrasi) . Menurut Sondang P.Siagian (1977), Human Relation adalah: “Keseluruhan hubungan baik yang formal maupun yang informal yang perlu diciptakan dan dibina dalam suatu organisasi sedemikian rupa sehingga tercipta suatu teamwork yang   harmonis dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Human relation adalah hubungan yang bersifat intern , sedangkan hubungan yang bersifat ekstern disebut “public relation” Human relation   merupakan

Komunikasi Organisasi "fungsi pesan dalam organisasi"

v   Fungsi Pesan Dalam Organisasi   Para ahli telah mengidentifikasi persepsi mereka mengenai fungsi utama dari pesan dalam organisasi (goldhaber, 1986). Menurut Han dan Katz ada empat fungsi utama dari pesan dari organisasi yaitu : yang berkenaan dengan produksi, pemeliharaan, penerimaan dan pengelolaan organisasi. Reddingmengemukakan pula bahwa   ada tiga alasan pengiriman pesan yaitu, untuk pelaksanaan tugas-tugas dalam organisasi, untuk pemeliharaan dan untuk kemanusiaan.   Dari bermacam-macam pendapat di atas kelihatan ada kecendrungan kesamaan dari tujuan atau fungsi dari pesan walaupun dinyatakan dalam istilah yang berbeda. Di sini akan di bahas empat dari fungsi pesan tersebut yaitu fungsi yang berhubungan dengan tugas-tugas dalam organisasi, pemeliharaan organisasi, kemanusiaan dan pembaruan dalam organisasi. 1.       Pesan tugas   Pesan tugas ini di maksudnya adalah pesan-pesan yang berkenaan dengan pelaksaan tugas-tugas organisasi oleh anggota organisasi. Pesan