BAB II
PEMBAHASAN
5.1
Sejarah
filsasat dan ilmu komunikasi
A.
Sejarah filsafat
Filsafat , berasal dari kata yunani ‘’Philos dan Shopia’’.
Philos artinya, senang, cinta, gemar dan Shopia artinya hikmat atau kebenaran,
kebijaksanaan. Philoshopia artinya cinta atau gemar, senang pada kebenaran,
atau hikmat serta kebijaksanaan
Filsafat adalah” induk pengetahuan’’, Istilah filsafat
telah dikenal manusia sejak 2.000 tahun yang lalu, pada masa yunani kuno. Di
Meletos, Asia Kecil, tempat perantauan orang yunani,di sanalah awal mulanya
muncul filsafat. Mula-mula jejak awal filsafat ini, ditandai oleh munculnya
tokoh-tokoh pemikir besar pada zaman itu sepaerti Thales, Anaximandros dan
Anaximenes. Thales lah orang pertama yang mempersoalkan; substansi terdalam
dari segala sesuatu.’’ Dan dari situlah munculnya pengartian-pengertian
kebenaran yang hakiki.
Mengenai filsafat, banyak Ilmuan-ilmuan dari Timur Tengah
(khususnya orang-orang islam) menaruh perhatiannya pada filsafat. Mulai dari
Masyriqi sampai kawasan Maghribi, diantaranya: Al-Kindi, Al-Farabi, Ibn
Sina, Ibn Bajah, Ibn Thufail dan Ibn Rusyd. Mengenai pengertian
filsafat Al-farabi mengatakan: “Nama filsafat berasal dari bahasa Yunani, masuk
kedalam bahasa Arab. Orang-orang Yunani menguapkannya filasufia yang
berari mengutamakan hikmah. Kata tersebut alam bahasa mereka berasal dari dua
kata: fila dan sufia. Fila berarti mengutamakan dan sufia berarti
hikmah, kata filosof diambil dari kata asal filsafat dalam bahasa Yunani
disebut filosofus. Perubahan suara pengucapan dari akar kata seperti itu
sering terjadi dalam bahasa Yunani. Kata filosofus bermakna orang yang
mengutamakan hikmah.
Ini artinya bahwa semua ilmu bertujuan untuk mencari
kebenaran agar manusia dapat bertindak secara bijaksana. Bijaksana atau
arif merupakan panduan pengalaman dan pengetahuan plus kekuatan untuk
mengaplikasikannya dalam kehidupan. Penerapannya berupa sikap adil,
propesional, lapang dada, tetapi juga tegas dalam membela prinsip yang telah di
sepakati. Karna itu di perguruan tinggi negara-negara barat, posisi akademik
tertinggi di sebut Ph.d (doctor of philosophy) apapun di siplin
ilmunya. Dengan memberikan bobot philosophy kepada gelar tertinggi yang
telah di raih oleh seseorang diharapkan pemegangnya mampu mengembangkan
kearifan dalam mengatur dunia ini karna seorang filosof pencinta wisdom.
Gagasan awal itu sangat ideal, sekalipun dalam perkembangannya
akhir-akhir ini dunia semakin sekuler. Pemegang Ph.d boleh jadi hanyalah
seorang tukang tin gkat tinggi minus kearifan. Hal ini tarjadi sebagai akibat
dari proses spesialisasi yang melupakan induk
ilmu
itu sendiri. Ilmuan yang hanya terpukau dan terpakau oleh kajian
khususnya tanpa menghubungkannya dengan panaroma kehidupan yang luas
terbentang, sama artinya dengan orang yang sengaja mengurung diri dalam
sebuah sangkar kecil, mungkin cantik, tetapi apalah maknanya bagi kepentingan
kehidupan yang luas tak bertepi ini.
Filsafat sebagai induk dari semua ilmu harus menjadi
titik kembali bagi semua di siplin ilmu agar tidak ingin kehilangan misi ilmu
yang sebenarnya, mencari kebenaran dan dengannya manusia menjadi arif.
Mengingat filsafat merumuskan kebenaran didasarkan pada hasil perenungan
mendalam manusia secara logis maka kebenaranya bersifat utopia (idealitas),
sehingga belum tentu dapat di temui dalam kehidupan nyata . agar dapat di
ketahui sejauh manakah realita itu mendekatkan realitas. Upaya penerapan
idealitas harus selalu mempertimbangkan realita yang ada. Kita harus mengetahui
kebaikan-kebaikan dan juga kelemahan-kelemahan dari realita yang sedang kita
hadapi; lalu kita merumuskan langkah-langkah yang di perlukan bagi upaya
perbaikan tersebut dengan mengingat pada sumber daya yang di miliki dan
tantangan-tantangan yang di hadapi. Tantangan-tantangan itu harus di
perhitungkan secara masak-masak agar usaha menegakkan kebenaran itu tidak
menimbulkan gejolak yang tidak terkendali dengan dampak pecahnya kekerasan yang
bertolak belakang dengan misi kebenaran: damai, sejahtera, adil, dan bebas.
Tujuan filsafat sejarah
Filsafat
sejarah bertujuan sebagai berikut:
1.
Untuk mnyelidiki sebab-sebab terakhir peristiwa sejarah agar dapat di ungkapkan
hakikat dan makna yang terdalam tentang peristiwa sejarah.
2.
Memberikan pertanyaan atas jawaban “kemanakah arah sejarah’’ serta menyelidiki
semua sebab timbulnya semuaa perkembangan segala sesuatu yang ada.
3.
Melali studi mendalam tentang filsafat sejarah, dapat membentuk seseorang
memiliki vision atau wawasan dan pandangan yang luas.
4.
Studi filsafat sjarah dapat menjadikanseseorang berfikir analitis-kronologis
serta arif-bijaksana atau wisdom.
5.
Filsafat sejarah bertujuan membentuk dan menyusun isi, hakikat serta memberi
makna dari pada sejarah menyusun suatu pandangan dunia untuk filsafat sejarah
serta pandangan berwawasan nasional untuk Filsafat Sejarah Nasional Indonesia.
Selain penjelasan diatas tentang tujuan filsafat sejarah,
pemakalah juga mengajak teman-teman pembaca untuk lebih kritis dalam menilai
dan menimbang setiap sejarah dari abad-abad sebelumnya, mampu merinci setiap
kejadian dalam sejarah itu sendiri. Saya berpendapat bahwa memahami
filsafat sejarah agar lebih bisa membedakan apa yang disebut sejarah subjektif
dan mana yang objektif, tanpa membedakan kedudukan subjek dalam masyarakat
Filsafat juga mekankan tiga unsur kegunaan dalam sejarah,
yaitu: pertama:kegunaan edukatif ialah menuntut setiap orang menjadi
lebih arif dan bijaksana dalam hidup. Kedua:kegunaan Inspiratif ialah
dorongan inspirasi yang didalamnya sarat dengan nilai berupa ide, konsep,
semangat, motivasi perjuangan, dan untuk menghindari dari apa yang menjadi
faktor kehancuran peradaban sebagaimana banyak dipertontonkan oleh sejarah masa
silam. Ketiga: kegunaan Instruktif ialahsejarah dapat digunakan sebagai
bahan pengajaran sehinggaterkait erat dengan pendidikan formal. Terutama sekali
dalam menunjang pengembangan bidang-bidang lain khususnya berkaitan dengan
keterampilan dan kejuruan.
Filsafat Sejarah pada Zaman
Pertengahan
Perkembangan filsafat sejarah pada zaman
pertengahan pada pokoknya menunjukkan sifat-sifat yang religius. Segala
kejadian di terangkan dalam cahaya kekal, segala-galanya kepada tuhan sebagai
pencipta, penyelamatf dan hakim seluruh umat manusia. Isi dan seluruh
hidup ialah kerajaan tuhan. Dari pandangan itu terjadi bahwa kajian sejarah di
zaman pertengahan bukan sebab-bebab dan alasan-alasan terhadap kajian sejarah,
melainkan tentang tujuan (arahteleologis). Pada umumnya perkembangan filsafat
sejarah, seperti pandangan St. Agustinus seakan-akan mewakili pandangan yang
tetap dan utama untuk selruh zaman pertengahan tersebut. Juga percobaan dari
Otto Van Freishing atas pandangan tersebut itu. Otto Van Freishing mengalami
perselisihan antara grreja dengan negara mencoba menyusun suatu sejarah berkat
pikiran-pikiran filsuf. Dalam segala hal yang sudah di tulisnya ia berusaha
memberikan yang benar. Otto sudah mengerti ada hukum atau aliran yang gtertentu
di dalam sejarah bergerak tak berhentinya dan gerakan dari perjuangan dan
kemenangan. Akan tetapi kejadian yang kurang baik (Kummervollen Greschehniscen)
di pandangnya sebagai metode pendidikan dari tuhan yang mau berkata pada
manusia bahwa tidak ada yang tertentu dan pasti di dunia ini. Dan akhirnya
menurut pendapatnya segala pengetahuan ilmu pengetahuan bergerak dari timur ke
barat.
Filsafat Sejarah pada Zaman
Renaissance
Memasuki masa Rennaisance, otoritas
Aritoteles tersisihkan oleh metode dan pandangan baru terhadap alam yang biasa
disebut Copernican Revolution yang dipelopori oleh sekelompok sanitis
antara lain Copernicus (1473-1543), Galileo Galilei (1564-1542) dan Issac
Newton (1642-1727) yang mengadakan pengamatan ilmiah serta metode-metode
eksperimen atas dasar yang kukuh.
Selanjutnya pada Abad 17, pembicaraan tentang
filsafat ilmu, yang ditandi dengan munculnya Roger Bacon (1561-1626).Bacon
lahir di ambang masuknya zaman modern yang ditandai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan.
Bacon menanggapi Aristoteles bahwa ilmu
sempurna tidak boleh mencari untung namun harus bersifat
kontemplatif.Menurutnya Ilmu harus mencari untung artinya dipakai untuk
memperkuat kemampuan manusia di bumi, dan bahwa dalam rangka itulah ilmu-ilmu
berkembang dan menjadi nyata dalam kehidupan manusia.Pengetahuan manusia hanya
berarti jika nampak dalam kekuasaan mansia; human knowledge adalah human
power.
Perkembangan ilmu pengetahuan modern
yang berdasar pada metode eksperimental dana matematis memasuki abad 16
mengakibatkan pandangan Aritotelian yang menguasai seluruh abad pertengahan
akhirnya ditinggalkan secara defenitif. Roger Bacon adalah peletak dasar
filosofis untuk perkembangan ilmu pengetahuan.Bacon mengarang Novum Organon dengan
maksud menggantikan teori Aristoteles tentang ilmu pengetahuan dengan teori
baru.Karyanya tersebut sangat mempengaruhi filsafat di Inggris pada masa
sesudahnya.Novum Organon atau New Instrumen berisi suatu
pengukuihan penerimaan teori empiris tentang penyelidikan dan tidak perlu
bertumpu sepenuhnya kepada logika deduktifnya Aritoteles sebab dia pandang
absurd.
Hart mengaggap Bacon sebagai filosof pertama
yang bahwa ilmu pengetahuan dan filsafat dapat mengubah dunia dan dengan sangat
efektif menganjurkan penyelidikan ilmiah.Beliaulah peletak dasar-dasar metode
induksi modern dan menjadi pelopor usaha untuk mensistimatisir secara logis
prosedur ilmiah.Seluruh asas filsafatnya bersifat praktis yaitu menjadikan
untuk manusia menguasai kekuasaan alam melalui penemauan ilmiah Menurut Bacon,
jiwa manusia yang berakal mempunyai kemamapuan triganda, yaitu ingatan (memoria),
daya khayal (imaginatio) dan akal (ratio).Ketiga aspek tersebut
merupakan dasar segala pengetahuan. Ingatan menyangkut apa yang sudah diperiksa
dan diselidiki (historia), daya khayal menyangkut keindahan dan akal
menyangkut filsafat (philosophia) sebagai hasil kerja akal.
B.
Sejarah ilmu komunikasi
Kronologi perkembangan ilmu komunikasi
dimulai saat Johann
Guternberg menciptakan mesin cetak pada tahun 1455 , kemudian terus berkembang
dengan diciptakannya koran , telepon , telegram, dan alat penunjang proses
komunikasi lainnya . Bahkan teknmologi tercanggih saat ini adalah berupa
internet dimana kita bisa mengakses berbagai informasi yang jangkauannya bahkan
dapat sampai seluruh dunia.
Sebuah ilmu komunikasi dikatakan
berkembang adalah ketika ilmu tersebut mulai dirasakan masyarakat demi
kepentingan publik.
Dalam ilmu komunikasi terdapat dua
aliran :
-
Aliran krisis
Aliran krisis merupakan aliran yang
lebih mengedepankan unsur-unsur filosofis dan teori-teori komunikasi.
- Aliran
empiris
Aliran ini
lebih berfokus pada pandangan mikro tentang media, atas pemikiran bahwa media
massa dapat membenahi persoalan-persoalan sosial untuk suatu perubahan sosial.
Pemahaman yang perlu di dalam
melihat perkembangan ilmu komunikasi :
- pertumbuhan ilmu komunikasi sama
sekali tidak bisa lepas dari pengaruh pemikiran tokoh-tokoh di luar ilmu
komunikasi.
- pengaruh pemikiran yang merambah
ke ilmu-ilmu sosial dan politik kemudian menjangkau ke ilmu komunikasi
menjadikan ilmu komunikasi mau tidak mau harus bersifat multi disipline.
Sebuah teori
komunikasi harus memiliki empat elemen dasar :
1. Philosophical Assumptions ( asumsi filosofis)
Asumsi filosofis diperlukan untuk
mengetahui makna dari setiap kata yang dikaji dalam ilmu komunikasi.
2. Concepts (konsep)
Konsep merupakan pengekspresikan sebuah ide abstrak yang
dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang
diperoleh dari pengamatan.
3. Explanations (penjelasan)
Dalam mempelajari suatu ilmu pasti
memerlukan penjelasan yang konkrit disertai dengan bukti-bukti yang nyata agar
ilmu tersebut tidak diragukan lagi kebenarannya.
4. Principles (prinsip)
Merupakan suatu prinsip yang
dipegang oleh ilmu komunikasi itu sendiri , prinsip ini digunakan untuk pedoman dalam mencari referensi untuk
menjadikan ilmu komunikasi lebih berbobot.
Menurut Rosengreen (1983), setidaknya ada tiga paradigma besar yang
melatarbelakangi perkembangan teori dan penelitian studi komunikasi, antara lain :
1.
Paradigma
klasik—yang menyangkut positivisme dan post-positifisme
Paradigma klasik percaya bahwa
realitas yang ada di lingkungan sekitar sudah diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Perspektif positivisme dapat diartikan sebagai penyamarataan suatu ilmu dengan ilmu-ilmu lainnya. Sedangkan
post-positifisme merupakan pemikiran yang menggugat asumsi dan
kebenaran-kebenaran positivisme.
2.
Paradigma
kritis
Paradigma kritis dalam menangkap suatu hal tidak hanya mau
menjelaskan,melainkan juga akan mempertimbangkan, merefleksikan, menata
realitas sosial dan berfikir kritis berdasarkan teori-teori yang telah ada.
3.
Paradigma
konstruktifis.
Paradigma konsruktifis adalah penjelasan paling
sesuai untuk menghuraikan fenomena yang diperhatikan.
5.2
Devinisi
filsafat komunikasi
FILSAFAT KOMUNIKASI
Filsafat komunikasi adalah bagian filsafat yang menjawab beberapa
pertanyaan mengenai hakikat dan proses ilmu komunikasi. Bidang ini
mempelajari dan menelaah pemahaman secara fundamental, metodologis,
sistematis, analitis, kritis, dan holistis teori dan proses komunikasi. Pada
dasarnya filsafat komunikasi memberikan pengetahuan tentang kedudukan Ilmu
Komunikasi dari perspektif epistemology.
Telaah filsafat
komunikasi berkaitan erat dengan ontology, epistemology dan
aksiologi. Ontologi berarti studi tentang arti “ada” dan “berada”, tentang
ciri-ciri esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri. Ontologi sendiri
berarti memahami hakikat jenis ilmu pengetahuan itu sendiri yang dalam hal ini
adalah Ilmu Komunikasi.
Ilmu komunikasi dipahami melalui
objek materi dan objek formal. Secara ontologis Ilmu komunikasi sebagai objek
materi dipahami sebagai sesuatu yang monoteistik pada tingkat yang paling
abstrak atau yang paling tinggi sebagai sebuah kesatuan dan kesamaan sebagai
makhluk atau benda. Sementara objek forma melihat Ilmu Komunikasi sebagai suatu
sudut pandang (point of view), yang selanjutnya menentukan ruang lingkup studi
itu sendiri. Contoh relevan aspek ontologis Ilmu Komunikasi adalah sejarah ilmu
Komunikasi, Founding Father, Teori Komunikasi, Tradisi Ilmu Komunikasi,
Komunikasi Manusia, dan lain-lain.
Epistemologis berkaitan
dengan pengetahuan mengenai pengetahuan ilmu (Komunikasi) sendiri atau Theory
of Knowledge. Persoalan utama epsitemologis Ilmu Komunikasi adalah mengenai
persoalan apa yang dapat diketahui dan bagaimana cara mengetahuinya,
“what can we know, and how do we know it?”. Hal- hal yang terkait meliputi
“belief, understanding, reason, judgement, sensation, imagination, supposing,
guesting, learning, and forgetting”.
Sejak kemunculan Komunikasi
sebagai ilmu terjadi perdebatan di bidang epistemology. Perdebatan
tersebut meliputi apakah Ilmu Komunikasi adalah sebuah ilmu atau bukan.
Hal ini sangat erat kaitannya dengan bagaimana proses penetapan suatu
bidang menjadi sebuah ilmu. Dilihat sejarahnya, maka Ilmu Komunikasi dikatakan
sebagai ilmu tidak terlepas dari ilmu-ilmu social yang terlebih dahulu ada.
pengaruh Sosiologi dan psikologi sangat berkontribusi atas lahirnya ilmu ini.
Bahkan nama-nama seperti Laswell, Schramm, Hovland, Freud, sangat besar
pengaruhnya atas perkembangan keilmuan Komunikasi. Dan memang, Komunikasi
ditelaah lebih dalam sebagai sebuah ilmu baru pada abad ke-19 di daratan
Amerika yang sangat erat kaitannya dengan aspek aksiologis ilmu ini sendiri.
Aksiologi adalah cabang filsafat
yang berkaitan dengan nilai-nilai seperti etika, estetika, atau agama.Dalam
hubungannya dengan filsafat komunikasi, aksiologi adalah suatu kajian terhadap
apa itu nilai-nilai manusiawi dan bagaimana cara melembagakannya atau
mengekspresikannya . Jelaslah, pentingnya seorang komunikator untuk terlebih
dahulu mempertimbangkan nilai (value judgement), apakah pesan yang akan
dikomunikasikan etis atau tidak, estetis atau tidak.
Hakikat individual ilmu
pengetahuan yang bersitaf etik terkait aspek kebermanfaat ilmu itu sendiri.
Aspek aksiologis sangat terkait dengan tujuan pragmatic filosofis yaitu asas
kebermanfaatan dengan tujuan kepentingan manusia itu sendiri. Perkembangan ilmu
Komunikasi erat kaitannya dengan kebutuhan manusia akan komunikasi. Kebutuhan
mempengaruhi (persuasive), retoris (public speaking), spreading of information,
propaganda, adalah sebagian kecil dari manfaat Ilmu Komunikasi. Secara
pragmatis, aspek aksiologis dari Ilmu Komunikasi terjawab seiring perkembangan
kebutuhan manusia.
Filsafat komunikasi memberikan
petunjuk-petunjuk mengenai bagaimana pengetahuan tentang pesan-pesan antar
manusia itu dapat diwujudkan sebagai pengetahuan ilmiah. Sampai di sinilah
batas kewenangan filsafat komunikasi. Selanjutnya, bagaimana komunikasi itu
berkembang dan perkembangannya mengarah ke mana, itu menjadi tugas ilmu
pengetahuan, alias tugas ilmu komunikasi itu sendiri.
Filsafat komunikasi sesungguhnya bukan hanya penjabaran belaka dari
filsafat ilmu untuk melegitimasi eksistensi ilmu komunikasi sebagai disiplin
ilmu tersendiri yang dapat dibedakan dari ilmu-ilmu lainnya. Fenomena
komunikasi manusia merupakan sentra bagi ilmu-ilmu tentang prilaku manusia. Oleh
karena itu, kajian filsafat tentang komunikasi manusia juga sekaligus menjadi
petunjuk bagi ilmu-ilmu lain yang menelaah perilaku manusia.
Pengertian
filsafat komunikasi menurut para ahli
Menurut Prof. Onong Uchajana Effendi ( 2003: 321), filsafat komunikasi adalah suatu disiplin yang menelaah pemahaman (vestehen,Germany) secara lebih mendalam, fundamental, metologis, sitematis, analitis, kritis, dan komprehensif teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidang, sifat, tatanan, tujuan, fungsi, teknik, dan metode-metodenya.
Bidang komunikasi, meliputi komuniaksi sosial, organisasional, bosnis politik, internasional, komunikasi antar budaya, pembangunan, tradisional, dan lain-lain.
Sifat komunikasi, meliputi komunikasi verbal dan nonverbal. Tatanan komunikasi, meliputi intrapribadi, antarpribadi, kelompok, massa, dan media.
Tujuan komunikasi bisa terdiri dari soal mengubah sikap, opini, perilaku, masyarakat, dan lainnya. Sementara itu, fungsi komunikasi adalah menginformasikan, mendidik, dan mempengaruhi.
Teknik komunikasi terdiri dari komunikasi informatif, persuasif, pervasif, koersif, instruktif, dan hubungan manusiawi. Metode komunikasi, meliputi jurnalistik, hubungan masyarakat, periklanan, propaganda, perang urat saraf, dan perpustakaan.
Sehingga dengan demikian bisa dikatakan bahwa filsafat komunikasi adalah ilmu yang mengkaji setiap aspek dari komunikasi dengan menggunakan pendekatan dan metode filsafat sehingga didapatkan penjelasan yang mendasar, utuh, dan sistematis seputar komunikasi.
Pemikiran filsafat komunikasi merupakan pemikirian yang menyatu dengan pemikiran teori komunikasi. Beberapa tokoh yang menjadi pemikir filsafat komunikasi adalah Richard L. Lanigan, Stephen Littlejohn, Whitney R. Mundt.
Pemikiran Richard L. Lanigan
Menurut Prof. Onong Uchajana Effendi ( 2003: 321), filsafat komunikasi adalah suatu disiplin yang menelaah pemahaman (vestehen,Germany) secara lebih mendalam, fundamental, metologis, sitematis, analitis, kritis, dan komprehensif teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidang, sifat, tatanan, tujuan, fungsi, teknik, dan metode-metodenya.
Bidang komunikasi, meliputi komuniaksi sosial, organisasional, bosnis politik, internasional, komunikasi antar budaya, pembangunan, tradisional, dan lain-lain.
Sifat komunikasi, meliputi komunikasi verbal dan nonverbal. Tatanan komunikasi, meliputi intrapribadi, antarpribadi, kelompok, massa, dan media.
Tujuan komunikasi bisa terdiri dari soal mengubah sikap, opini, perilaku, masyarakat, dan lainnya. Sementara itu, fungsi komunikasi adalah menginformasikan, mendidik, dan mempengaruhi.
Teknik komunikasi terdiri dari komunikasi informatif, persuasif, pervasif, koersif, instruktif, dan hubungan manusiawi. Metode komunikasi, meliputi jurnalistik, hubungan masyarakat, periklanan, propaganda, perang urat saraf, dan perpustakaan.
Sehingga dengan demikian bisa dikatakan bahwa filsafat komunikasi adalah ilmu yang mengkaji setiap aspek dari komunikasi dengan menggunakan pendekatan dan metode filsafat sehingga didapatkan penjelasan yang mendasar, utuh, dan sistematis seputar komunikasi.
Pemikiran filsafat komunikasi merupakan pemikirian yang menyatu dengan pemikiran teori komunikasi. Beberapa tokoh yang menjadi pemikir filsafat komunikasi adalah Richard L. Lanigan, Stephen Littlejohn, Whitney R. Mundt.
Pemikiran Richard L. Lanigan
Richard L. Lanigan
secara khusus membahas analisis filosofis atau proses komunikasi. Dalam ilmu
komunikasi biasanya meletakan beberapa titik refleksinya pada pertanyaan-pertanyaan,yaitu
:
• Apa yang aku ketahui ? ( masalah ontologi atau metafisika )
• Bagaimana aku mengetahuinya ? ( masalah epistemologi )
• Apakah aku yakin ? ( masalah aksiologi )
• Apakah aku benar ? ( masalah logika )
• Apa yang aku ketahui ? ( masalah ontologi atau metafisika )
• Bagaimana aku mengetahuinya ? ( masalah epistemologi )
• Apakah aku yakin ? ( masalah aksiologi )
• Apakah aku benar ? ( masalah logika )
Ada empat elemen di bawah, yaitu:
·
Epistemologi
berkaitan dengan penguasaan pengetahuan dan lebih mendasar lagi berkaitan
dengan kriteria penilaian atas kebenaran.
Epistemologi pada dasarnya adalah cara bagaimana pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh yang dalam prosesnya menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah adalah tata cara dari suatu kegiatan berdasarkan perencanaan yang matangdan mapan, sistematik dan logis.
Epistemologi pada dasarnya adalah cara bagaimana pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh yang dalam prosesnya menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah adalah tata cara dari suatu kegiatan berdasarkan perencanaan yang matangdan mapan, sistematik dan logis.
·
Aksiologi
adalah cabang filsafat yang ingin merefleksikan cara bagaimana menggunakan ilmu
pengetahuan diperoleh. Lanigan berpendapat bahwa aksiologi adalah studi etika
dan estika.
Dalam hubungannya dengan filsafat komunikasi, Lanigan mengatakan bahwa aksiologi, kategori keempat dari filsafat, merupakan studi etika dan estetika. Ini berarti, aksiologi adalah suatu kajian terhadap apa itu nilai-nilai manusiawi dan bagaimana cara melembagakannya.
Dalam hubungannya dengan filsafat komunikasi, Lanigan mengatakan bahwa aksiologi, kategori keempat dari filsafat, merupakan studi etika dan estetika. Ini berarti, aksiologi adalah suatu kajian terhadap apa itu nilai-nilai manusiawi dan bagaimana cara melembagakannya.
·
Logika
adalah cabang filsafat yang menelaah asas dan metode penalaran secara benar
dalam hal ini cara berkomunikasi secara lebih baik dan benar
Logika berkaitan dengan telaah terhadap asas-asas dan metode penalaran secara benar (deals with study of principles and methods of correct reasoning).
Bahwa logika teramat penting dalam komunikasi, jelas karena suatu pemikiran harus dikomunikasikan kepada orang lain, dan yang dikomunikasikan itu harus putusan sebagai hasil dari proses berpikir, dalam hal ini berpikir logis.
Logika berkaitan dengan telaah terhadap asas-asas dan metode penalaran secara benar (deals with study of principles and methods of correct reasoning).
Bahwa logika teramat penting dalam komunikasi, jelas karena suatu pemikiran harus dikomunikasikan kepada orang lain, dan yang dikomunikasikan itu harus putusan sebagai hasil dari proses berpikir, dalam hal ini berpikir logis.
·
Ontologi,
berkaitan dengan asumsi-asumsi mengenai objek atau realitas yang diteliti.
Ontologi berarti studi tentang arti “ada” dan “berada”, tentang cirri-ciri esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang paling abstrak (Suparlan: 2005). Ontolgi sendiri berarti memahami hakikat jenis ilmu pengetahuan itu sendiri yang dalam hal ini adalah Ilmu Komunikasi.
Ontologi berarti studi tentang arti “ada” dan “berada”, tentang cirri-ciri esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang paling abstrak (Suparlan: 2005). Ontolgi sendiri berarti memahami hakikat jenis ilmu pengetahuan itu sendiri yang dalam hal ini adalah Ilmu Komunikasi.
5.3
Cakupan
materi filsafat komunikasi
FILSAFAT ILMU
KOMUNIKASI
Filsafat adalah ibu
dari segala ilmu, darinyalah seluruh pengetahuan yang disebut epistemologi dan
wilayah nilai yang dinamai aksiologi. Hakikatnya, filsafat ilmu berada pada
wilayah pengetahuan (epistemologi), yakni cabang yang mengkaji teori
pengetahuan, karena itu disebut teori tentang teori. Saat berpikir filsafat
guna mengkaji teori tentang teori, ada tiga wilayah filsafat yang digunakan
untuk menganalisis. Jadi, walaupun ia epistemologi saat mengkaji filsafat ilmu
komunikasi , maka masalah ontologi (wilayah ada), epistemologi (wilayah
pengetahuan), dan aksiologi (wilayah nilai) kembali dipertanyakan.
Untuk itu filsafat
komunikasi dari segi ontologi mempertanyakan apakah objek kajian ilmu
komunikasi?. Dari segi epistemologi , bagaimana cara mendapatkan dan membangun
ilmu tersebut?. Dari segi aksiologi, bagaimana pula penggunaannya? Pengetahuan
biasa, pengetahuan untuk kebutuhan sehari-hari tanpa mengetahui apa sebabnya
hingga terjadi demikian dan mengapa demikian. Dasarnya adalah pengalaman. ilmu
Pengetahuan adalah pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat ilmu. Apabila
pengetahuan memenuhi syarat ilmu yang sistematis, objektif, metodis, dan
universal maka ia layak disebut sebagai pengetahuan ilmu atau ilmu pengetahuan
atau ilmu saja. Dalam ilmu pengetahuan, manusia tidak terlalu memikirkan
kegunaannya, semata-mata hanya ingin tahu. Karenanya bagaimana ilmu itu
digunakan (aksiologi) menjadi penting. Ontologi merupakan cabang filsafat yang
mengkaji hakikat ilmu dan objeknya. Dalam konteks ilmu komunikasi, terdapat
tiga paradigma dasar yang menentukan prespektif atau cara pandang terhadap
komunikasi yaitu dari segi epistimologi, aksiologi dan ontologi Berdasarkan ke
tiga paradigma tersebut, komunikasi didefinisikan sebagai usaha penyampaian
pesan antar manusia. Artinya, objek ilmu komunikasi adalah tentang penyampaian
pesan antar manusia yang disampaikan dengan usaha secara sengaja dilatari motif
komunikasi, dikupas terlebih dahulu tentang hakikat manusia terutama faktok
rohani yang dimilikinya. Manusia tidak bisa tidak berkomunikasi.
Namun tidak semua
tindakan manusia adalah tindakan komunikasi. Oleh karena itu tindak komunikasi
dalam penyampaian pesan ditandai dengan adanya motif komunikasi. Motif
komunikasi sangat menentukan apakah sesuatu layak disebut pesan atau tidak,
apakah seseorang berlaku sebagai komunikator medium atau komunikan yang
bergeser menjadi komunikator. Aksiologis mempertanyakan nilai bagaimana dan
untuk tujuan apa ilmu komunikasi digunakan. Dalam cabang ini hubungan manusia
dengan Tuhannya dan dengan sesamanya merupakan salah satu aksiologi dari ilmu
ini Karenanya, terkait penilai etis atau moral. Hanya tindakan manusia yang
dilakukan dengan sengaja yang dapat dikenai penilaian etis. Akar tindakan
manusia adalah falsafah hidup. Sama halnya dengan ilmuwan komunikasi, falsafah
hidupnya akan menentukannya dalam ;
(a). Memilih
objek penelitian
(b). Cara
melakukan penelitian
(c).Menggunakan
produk hasil penelitiannya
Ilmu komunikasi
sebagai ilmu sosial yang berada pada rumpun empiris dapat dikembangkan
berdasarkan paradigma positivist dan anti positivist. Ilmu komunikasi yang
berlatar positivist cenderung objektif. Sedangkan ilmu komunikasi yang berlatar
anti positivistisme bersifat intersubjektif. Berdasarkan jenis data dan
pengolahannya, ilmu komunikasi memiliki dua jenis, yaitu kuantitatif yang labih
berlatar positivist dan kualitatif lebih berlatar antipositivist yang
intersubjektif. Ilmu komunikasi menggunakan empat strategi dalam pengumpulan
data penelitian, yaitu :
1. Eksperimen,
digunakan pada penelitian kuantitatif.
2. Survei,
digunakan pada penelitian kuantitatif dan kualitatif.
3. Analisis
teks, digunakan pada penelitian kuantitatif dan kualitatif.
4.
Partisipasi-observasi, digunakan pada penelitian kualitatif.
Paradigma dalam ilmu komunikasi sebagaimana ilmu sosial lainnya
menjadi penting mengingat sifat objek yang abstrak, tiga paradigma yang ada
dalam memandang ilmu komunikasi bisa sama benarnya, tapi juga bisa sama
salahnya. Namun betapapun spekulatifnya, sifat tegas tetap diperlukan. Jika ada
koreksi terhadap tulisan ini, sangat kami harapkan.
Filsafat komunikasi memberikan petunjuk-petunjuk mengenai bagaimana
pengetahuan tentang pesan-pesan antar manusia itu dapat diwujudkan sebagai
pengetahuan ilmiah. Sampai di sinilah batas kewenangan filsafat komunikasi.
Selanjutnya, bagaimana komunikasi itu berkembang dan perkembangannya mengarah
ke mana, itu menjadi tugas ilmu pengetahuan, alias tugas ilmu komunikasi itu
sendiri.
Filsafat komunikasi sesungguhnya bukan hanya penjabaran belaka dari
filsafat ilmu untuk melegitimasi eksistensi ilmu komunikasi sebagai disiplin
ilmu tersendiri yang dapat dibedakan dari ilmu-ilmu lainnya. Fenomena
komunikasi manusia merupakan sentra bagi ilmu-ilmu tentang prilaku manusia. Oleh
karena itu, kajian filsafat tentang komunikasi manusia juga sekaligus menjadi
petunjuk bagi ilmu-ilmu lain yang menelaah perilaku manusia.
Komentar
Posting Komentar